Mitomycin C (MMC)
diproduksi oleh jamur streptomyces
caespitosus. Awalnya dikenal sebagai anti biotik dan berperan sebagai agen
kemoterapi. MMC meng cross link DNA dan menurunkan atau menghentikan
transkripsi.
Berikut struktur dari berbagai Mitomycin :
Mitomycin
membuat stop kodon pada kanker. Mitomycin C bekerja dengan menempel sel kanker
DNA (yang kode genetik sel) bersama-sama sehingga tidak bisa datang terpisah
lagi. Sel tidak dapat membagi sehingga kanker tidak bisa tumbuh mitomycin C,
yang menghambat DNA dan RNA sintesis oleh menyebabkan silang DNA. Hal ini
efektif terhadap kanker payudara, paru-paru, leher rahim, kandung kemih, dan
saluran pencernaan tetapi karena toksisitasnya terutama digunakan untuk
pengobatan paliatif pasien yang belum menanggapi pengobatan lain.
Tahap 1 Mitomycin
C direduksi yang berfungsi untuk melindungi gugus fungsi karbonil sehingga
strukturnya berubah menjadi ; O karbonil (atas) menjadi elektropositif dan PEB
nya berdelokalisasi pada cincin siklik, serta O karbonil (bawah) menjadi OH.
Tahap 2
terjadi pelepasan –OMe dari struktur menjadi meoh sehingga electron
berdelokalisasi pada cincin siklik membentuk ikatan rangkap
Tahap 3
struktur Mitomycin mengalami reaksi alkilasi oleh DNA tumor
Tahap 4 DNA
membentuk siklisasi dan melepas gugus –OCONH2
Tahap 5
terjadi reaksi oksidasi untuk mendapatkan gugus karbonil pada struktur awalnya
Pada tahun 1977 Kishi dan rekan
kerja melaporkan landmark dan sintesis total pertama mitomycin A, B, C, dan porfiromycin. Sintesis
ini sangat mengesankan bahkan oleh standar saat ini dan mewakili lompatan
kuantum dalam bidang sintesis produk alami . Sintesis dimulai dengan tersedia
secara komersial Orto-dimetoksi toluena.
Pembentukan
Senyawa Intermediet Aromatik
Tahap 1 : TiCl2 merupakan
katalis asam (aseptor) dari dikloro metoksi metana, sehingga
menyebabkan O menjadi rangkap dan akan mendesak metil lepas dan terbentuk
aldehid. Gugus metoksi pada senyawa orto-diklorotoluena merupakan pengarah
orto-para sehingga substituen dikloro metoksi metana tersubstitusi orto.
Tahap 2 : mCPBA(meta Cloro Peroksi
Benzoat Acid) merupakan reagen yang
mudah menjadi radikal. Sehingga menyebabkan senyawa yang berikatan menjadi radikal pula. Setelah itu
radikal-radikal tersebut akan bereaksi membentuk gugus karbonat.
Setelah itu radikal-radikal
tersebut akan bereaksi membentuk gugus karbonat.
Tahap 3 : Tahap ini melalui 3 step : menggunakan reagen NaOMe yang mengkationisasi gugus karbonat, menggunakan reagen MeOH yang menghasilkan
senyawa ester dan menggunakan air untuk menghidrolisis ester dan menghasilkan
gugus hidroksi atau senyawa orto-dimetoksi meta-hidroksi toluene.
Tahap 4 : Reaksi
substitusi elektrofilik dari 3-bromo-1-propena,
H yang terikat pada O akan berikatan dengan Br- sehingga propena
akan tersubstitusi pada O. Aseton
disini sebagai pelarut.
Tahap 5 : Tahap ini melalui 2 step : terjadi delokalisasi membentuk keton yang selanjutnya terjadi reaksi
reduksi menghasilkan senyawa 2,6-dimetoksi-3-hidroksi-4-alil-toluena.
Selanjutnya :
Tahap 6 :
Tahap 7 : Digunakan
Zn sebagai reduktor.
Tahap 8 : BnBr digunakan sebagai gugus pelindung,
K2CO3 sebagai
katalis dan DME/DMF sebagai pelarut.
Tahap 9 : Pembentukkan
epoksida dari dioksan
Tahap 10 : Cincin epoksida
membuka dan disubstitusi olen CH3CN
dan menyebabkan O kekurangan elektron, ditambahkan CrO3- sehingga menghasilkan gugus keton.
Pembentukan Cincin Medium
Tahap 1 : terjadi
reaksi substitusi – OMe
Tahap 2 : CN
direduksi oleh LAH menjadi NH2
Tahap 3 : gugus
pelindung Bn dihilangkan dengan menggunakan katalis Pd, Karbon untuk
menyerap air dan methanol untuk
mengasamkan.
Tahap 4 dan
5 : mengoksidasi
senyawa yang telah didapat dan menggunakan metanol sebagai pelarut.
Sumber:
https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/cancers-in-general/treatment
/cancer-drugs/mitomycin-c
https://www.princeton.edu/orggroup/supergroup_pdf/Mitomycins.ppt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar